Kemendikbud Berencana Pisahkan Pelajaran PKn & PMP

SOLO (Cakram.net) – Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) berencana memisahkan mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dengan Pendidikan Moral Pancasila (PMP). Sebab penyampaian dua pelajaran itu dalam satu mata pelajaran justru menyebabkan Pancasila sebagai pelajaran pengetahuan, bukan penanaman dan pengamalan nilai Pancasila.

‘’Penyampaian secara terpisah antara pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan Pendidikan Penanaman Nilai Pancasila bakal dimulai tahun 2020,’’ jelas Mendikbud, Muhajir Effendy usai meresmikan penggunaan Gedung SMP/SMA Muhammadiyah Kottabarat Surakarta di Solo, Jumat (4/10/2019).

Menurut Muhajir, rencana penyampaian secara terpisah didasarkan evaluasi terhadap penyampaian pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan Pendidikan Penanaman nilai nilai Pancasila yang selama ini menjadi satu. Ketika pelajaran Pancasila dijadikan satu dengan Pendidikan Kewarganegaraan, maka Pancasilanya ketularan ke bobot  kewarganegaraan yang lebih banyak ke pengetahuan. ‘’Sehingga Pancasila menjadi pelajaran pengetahuan bukan  penanaman dan pengamalan nilai nilai Pancasila. Bagaimana kwalitas sekolah itu harus memiliki bobot materi untuk penanaman nilai nilai pancasilanya, sekaligus  pengamalannya bukan pengetahuannya,’’ terangnya.

Terkait unjuk rasa, Muhajir menegaskan tak boleh ada yang main sanksi. Siswa harus dipulihkan bilamana mereka mengalami trauma. Anak didik harus disadarkan bahwa yang dilakukan membahayakan diri sendiri. Titik tolaknya bukan HAM, sebab kalau HAM mereka punya hak berekspresi, namun ada batas dan tempat tersendiri sehingga tak bisa seenaknya.

‘’Bila dalam melampiaskan atau menunjukkan ekspresi bisa  mengancam keamanan, keselamatan dan jiwa yang bersangkutan hal itu tidak boleh. Yang harus didahulukan adalah menyelamatkan mereka. Tidak boleh ada siswa dikeluarkan karena mengikuti demonstrasi. Lha wong yang tidak bersekolah justru disuruh bersekolah, kok yang sudah masuk sekolah malah disuruh keluar ,’’ tandas Muhajir.

Ketua Komite  SMP dan SMA Muhammadiyah  program khusus Kottabarat Surakarta, Marpudji Ali dalam sambutannya melaporkan, SMP Muhammadiyah termasuk 100 besar dalam ujian nasional SMP 2019 di tingkat nasional. Sedangkan untuk SMA yang memang baru lahir sudah menduduki ranking  6 pada ujian nasional SMA tahun 2019 di Kota Surakarta.  ‘’Ada tiga,  SMA negeri  dan SMA kristen serta SMA Katholik diatasnya,’’ jelasnya. baw/dhi

Bagikan:


Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *