KLATEN, Cakram.net – Suasana mencekam saat gempa bumi terjadi. Seluruh siswa dan guru di SMA Negeri 1 Klaten mulai bergegas menyelamatkan diri. Namun usai gempa terjadi masih ada korban yang tidak bisa terselamatkan dan meninggal dunia. Setelah gempa, ada kejadian yang membuat para warga sekolah panik meyusul munculnya titik-titik api di sekolah mereka.
Narasi itu terekam dalam Simulasi Tanggap Bencana di SMAN 1 Klaten, Selasa (05/11/2019). Kegiatan ini digelar dalam rangka memperingati HUT ke-62 SMAN 1 Klaten.
Ketua Pelakasana Simulasi Tanggap Bencana yang juga siswa kelas XI IPA 6, Arya mengungkapkan persiapan simulasi tanggap bencana ini hampir satu bulan. Panitia simulasi ada 26 orang dari pecinta alam dan organisasi lain di Smansa.
‘’Simulasi dilaksanakan bekerjasama dengan SAR kabupaten Klaten, Dinas Pemadam Kebakaran (Damkar) dan BPBD Kabupaten Klaten. Acara ini bertujuan agar siswa SMAN 1 Klaten bisa lebih tanggap bencana serta siap mental dan fisik ketika ada bencana,” ungkapnya.
Petugas pemadam kebakaran, Edy Setiawan mengatakan simulasi tanggap bencana merupakan cara mengurangi resiko bencana. Sehinga para siswa SMAN 1 Klaten siap ketika ada bencana, seperti gempa bumi, kebakaran atau bencana susulan lainnya.
”Ini juga melatih cara mengorganisir resiko kebencanaan kepada siswa-siswi SMAN 1 Klaten. Damkar mendukung penuh alat yang digunakan untuk simulasi, seperti ton, unit kontribuliter dan vertical rescue,” ujarnya.
Menurutnya, Damkar ikut menyusun skenario simulasi dan melakukan pendampingan dengan menerjunkan 5 personel. “Harapannya tidak hanya di SMAN 1 Klaten saja, tapi diikuti SMA/SMK lainnya,” ucapnya.
Subantarja dari Litbang SAR Klaten menambahkan keterlibatan SAR dalam penyusunan skenario simulasi tanggap bencana pada penguatan kapasitas panitia dalam pertolongan pertama gawat darurat (PPGD) hingga proses keberlanjutan. “Kita menerjunkan tujuh personel, yaitu bagian operasi yang melakukan kegiatan gawat darurat untuk evakuasi,” imbuhnya.
Sementara itu, IC Simulasi Tanggap Bencana sekaligus guru SMAN 1 Klaten, Kristian Sapto Nugroho mengatakan digelarnya kegiatan ini karena SMAN 1 Klaten merupakan sekolah yang masuk zona bencana. Sehingga ketika ada bencana sewaktu-waktu harus siap menanggulangi meskipun secara mandiri.
“Simulasi tanggap bencana ini penting dilaksanakan, karena bencana bisa datang sewaktu-waktu. Ketika siap menghadapinya akan meminimalisir resiko yang ada, begitu sebaliknya jika tidak siap akan terjadi hal-hal tak diinginkan,” jelasnya. (dhi)