“Kami datang hari ini untuk memulai pendampingan. Selanjutnya, konsultasi desain akan berlanjut secara hybrid, baik melalui pertemuan langsung maupun daring, tergantung kesepakatan antara pelaku usaha dan mahasiswa kami,” tuturnya.
Nanang menekankan pentingnya adaptasi terhadap perkembangan digital dalam dunia usaha. “Pada era digitalisasi seperti sekarang, pelaku usaha perlu mempelajari pengetahuan kontemporer dan beradaptasi dengan teknologi yang ada,” katanya.
Ia juga menjelaskan, kegiatan ini merupakan bagian dari penerapan metode project-based learning di kampus, di mana mahasiswa belajar melalui proyek nyata yang berdampak langsung bagi masyarakat.
“Mahasiswa kami tidak hanya belajar di kelas, tetapi juga turun langsung ke lapangan, berhadapan dengan klien, dan merasakan bagaimana hasil karyanya bermanfaat bagi masyarakat. Laboratorium sesungguhnya itu ada di masyarakat, bukan di ruang kelas,” ungkap Nanang.
Menurutnya, kolaborasi antara pemerintah daerah, perguruan tinggi, dan pelaku usaha merupakan langkah strategis dalam memperkuat ekosistem industri kreatif di daerah. “Kami memproduksi calon-calon desainer, dan banyak alumni kami yang sudah memiliki perusahaan sendiri. Karena itu, kolaborasi seperti ini penting untuk terus dikembangkan secara sinergis,” jelasnya. (*)