AMBARAWA (Cakram.net) – Tanaman semanggi bagi kebanyakan orang tidak lebih dari tumbuhan liar yang banyak ditemukan di sawah. Keberadaannya bahkan kerap disingkirkan karena dianggap bisa mengganggu pertumbuhan tanaman padi. Namun, berbeda dengan Woro Setyaningsih (50). Di tangan ibu tiga anak ini, tanaman jenis paku- pakuan air tersebut diolah menjadi kuliner khas, pecel semanggi.
Pecel semanggi termasuk kuliner khas legendaris dan di era sekarang ini, sudah semakin sulit ditemukan. Sebab kuliner yang satu ini sudah jarang yang menjajakan. “Kalau orang sepuh mungkin tahu, karena pecel semanggi ini cukup populer pada era kakek saya,” ungkapnya, saat ditemui di Pasar uliner Ambarawa, Selasa (24/9/2019).
Ia pun menceritakan, ide awal untuk berjualan kuliner khas pecel semanggi ini bermulaa saat dirinya ditawari untuk mencicipi pecel semanggi, yang dijajakan penjual keliling di lingkungan rumah salah satu temannya. Sebenarnya tumbuhan semanggi juga tidak asing baginya. Sebab neneknya dahulu juga sering mengolah untuk sayuran.
Penasaran dengan tumbuhan semanggi, iapun mencoba menggali lebih banyak di internet tentang tumbuhan ini. Rupanya manfaat semanggi cukup bagus, karena kaya antioksidan serta kandungan kolagen yang tinggi. Sehingga cocok dikonsumsi perempuan. “Dari sini, saya mulai tertarik mempopulerkan kembali kuliner legendaris yang mulai langka ini,” jelasnya.
Dalam membuat olahan pecel semanggi ini, ia mengaku tidak mengalami kesulitan. Namun ada perlakuan berbeda saat memasak semanggi dibandingkan dengan jenis sayuran lainnya. Ia mencontohkan, kalau sayur biasa, seperti bayam, sawi atau lainnya harus direbus. Tapi tidak dengan semanggi.
Semanggi ini cara masaknya harus digongso hanya dengan sedikit air bersih. Kalau direbus biasa rasanya jadi anyep dan sepo (hambar), tapi kalau memasknya dengan cara digongso ada citarasa manis yang keluar. “Hanya saja, pada musim kemarau semanggi ini menjadi barang yang langka. Sebab tanaman ini hanya bisa tumbuh di area persawahan yang banyak airnya,” lanjut Woro.
Unik
Secara umum, sajian pecel semanggi ini tak ada yang berbeda dengan kuliner pecel lainnya. Namun pecel semanggi yang dijualnya cukup khas. Jika kebanyakan pecel disajikan dengan nasi putih biasa, untuk pelengkap sajian pecel semanggi ini lontong yang dibungkus daun bambu, dalam bentuk segi tiga yang unik.
Bahan pelengkap lainnya ada kacang panjang, tauge, daun kutha- kuthi (sayuran yang daunnya menyerupai rumput) bongko – yang terbuat dari kacang tholo-, serta peyek kacang. Setelah diguyur dengan bumbu pecel merata, pecel semanggi ini akan langsung menggugah selera untuk mencobanya.
Saat ini, jelasnya, para pembeli yang mampir ke warung miliknya rata- rata justru berasal dari luar kota seperti Semarang, Salatiga dan Solo. Mereka sengaja meluangkan waktu setiap akhir pekan untuk menikmati kuliner legendaris tersebut. “Saya punya pelanggan tetap dari Semarang, Solo, Salatiga yang setiap akhir pekan dating untuk meniikmati pecel semanggi. Responnya positif karena memang sudah biasa. Untuk pelanggan baru biasanya mereka penasaran karena mungkin baru pertama tahu pecel semanggi,” tegasnya.
Untuk bisa menikmati kelezatan pecel semanggi ini tidak perlu merogoh kantong terlalu dalam, karena harga satu porsi pecel semanggi komplit hanya Rp 10 ribu. Namun yang membuat kuliner legendaris ini semakin unik, karena hanya bisa dinikmati setiap akhir pekan dan hari Minggu saja.
Ingin mencoba kelezatannya, silakan mampir ke Pasar Kuliner Ambarawa, di Jalan Jenderal Sudirman, Ambarawa. Pecel Semanggi Woro ini akan bisa ditemui di kios nomor 5 kompleks pujasera tersebut, mulai pukul 11.00 sampai dengan pukul 23.00 WIB. (noel)